DJAMBI.ID – Komisi Pemilihan Umum (KPU) telah resmi merilis tanggal digelarnya Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2024.
Pilkada akan dilaksanakan pada tanggal 27 November mendatang, secara jelas tahapan Pilkada telah mulai dilaksanakan. Kurang dari 6 bulan lagi masyarakat akan kembali menuju TPS untuk menentukan masa depan daerah nya.
Seiring dengan tahapan dan proses yang tengah berjalan. Para tokoh dan elit lokal daerah telah memulai menjalankan manuver dan bersafari politik, dimulai dari mendaftar ke partai politik. Membangun jaringan dan menghimpun basis masa pendukung.
Hampir seluruh daerah di Indonesia akan menggelar Pilkada. Provinsi Jambi salah satu daerah yang akan menggelar Pilkada. Daerah dengan 2 juta lebih pemilih ini akan memilih Gubernur dan Wakil Gubernur serta 9 kabupaten memilih Bupati dan Wakil Bupati dan 2 kotamadya untuk Walikota dan Wakil Walikota.
Menyoroti tensi politik Jambi yang mulai memanas, dan banyak isu isu terkait pencalonan tokoh yang mulai diungkit. Dari kinerja, kepemimpinan dan janji janji yang tak tertunaikan menjadi buah bibir untuk saling serang.
Juru Bicara Gerakan Pemuda (Garda) Haris-Sani buka suara saat dikonfirmasi mengenai isu yang tengah beredar menyampaikan :
“Hal ini wajar dalam negara demokrasi, proses ini menunjukan bahwa proses politik tersebut masih berada di jalur yang tepat. Tak ada salah nya publik menilai dan bersuara”.
Hal yang menarik pada setiap awalan Pemilihan umum adalah munculnya gerakan-gerakan simpatisan yang tentunya memiliki landasan dan alasan untuk mendukung salah satu calon yang hendak bertanding.
Gerakan ini banyak di dominasi oleh para pemuda atau dalam era ini di kenal dengan sebutan milenial. Pemuda memang identik dengan sosok yang masih memiliki stamina yang kuat dan berpola pikir inovatif serta semangat kreativitas yang tinggi.
Sehingga tak bisa dipungkiri Tensi politik Jambi saat ini diwarnai dengan kekhasan kebiasaan milenial di zaman ini, seperti pembuatan video diberbagai platform media sosial yang berkaitan dengan calon yang didukung dan tidak didukung.
Hasilnya ketegangan dan saling sindir pun tak terelakan dari berbagai pihak. Meski dinilai hal yang wajar dalam proses demokrasi. Namun, sebagai negara yang berdab dan prinsip daerah Jambi yang dikenal sebagai dataran melayu yang berpegang teguh pada “Adat bersendi syarak, Syarak bersendih Kitabullah” dimana asas kekeluargaan dan kesantunan tetap didahulakan.
Pria dengan sapaan Aldi, yang juga mahasiswa Magister Ilmu Pemerintahan Univeritas Lampung ini juga menambahkan, terkait serangan pihak lawan nya :
“Seharusnya kalimat yang tak layak diungkapkan jangan sampai terucap. Apalagi sampai menyerang pribadi dari tokoh tersebut. Hal ini seharusnya menjadi koreksi bagi gerakan simpatisan pemuda. Pemuda tak selayaknya membuat kegaduhan politik, sehingga dapat menyebabkan keriuhan dan meningkatnya tensi dan stabilitas politik ditengah masyarakat.
Pemuda yang merupakan agent of change adalah garda perubahan ke arah yang lebih baik, bukan malah membawa kemunduran bak ke zaman “Jahiliyah”. Berpendapat memang hak setiap orang. Tapi berpendapat dan berargumen dengan memperhatikan etika yang baik adalah keutamaan bagi insan intektual yang melekat pada diri setiap pemuda”.
“Politik bukan ajang saling serang dan berpolitik bukan tempat untuk memperlihatkan watak dan etika yang tak beradab. Politik adalah sarana adu gagasan dan adu inovasi, bukan juga bicara basa basi”. Tutupnya. (*)
Komentar